Budidaya udang vaname menjadi satu dari sekian potensi sektor air dan ketahanan pangan di Kabupaten Lingga. Hal ini dibuktikan dengan beberapa tambak budidaya udang vaname yang telah digagas sejak beberapa tahun terakhir.
Salah satunya yang juga dikerjakan UPT Balai Benih Ikan (BBI) di Desa Kote, Kecamatan Singkep Pesisir.
Pada Senin (4/3) kemarin, Bupati Muhammad Nizar bersama Ketua TP-PKK Kabupaten Lingga dan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lingga Sutarman meninjau langsung proses panen perdana udang vaname di UPT BBI Kote ini.
Kadis Perikanan Lingga, Sutarman menyampaikan bahwa ini merupakan kali pertama di Lingga panen budidaya udang vaname menggunakan metode/sistem bioflok skala rumahan.
“Ada empat kolam bioflok yang ada disini, masing-masing dapat menampung 10.000 benih udang vaname,” ujar pria yang akrab disapa Sutar ini.
Ia menyebut budidaya udang vaname ini merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Lingga.
“Tentunya kita berharap metode budidaya menggunakan bioflok ini dapat menjadi contoh, dan dapat dikembangkan sehingga dapat meningkatkan ekonomi bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Lingga,” pungkasnya dikutip dari laman Diskominfo Lingga.
Budidaya Metode Bioflok
Metode bioflok dalam budidaya khususnya skala rumahan telah menjadi pilihan populer karena efektivitasnya dalam meningkatkan produksi hasil dengan menggunakan teknik yang ramah lingkungan dan hemat biaya.
Mengutip dari delosaqua.com, Bioflok adalah kumpulan mikroorganisme beragam, termasuk bakteri, protozoa, fungi, plankton, dan bahan organik yang tidak terurai dari limbah.
Sistem bioflok merupakan usaha untuk mengubah limbah sisa pakan udang menjadi sumber pakan mikroba. Limbah pakan ini terurai dan mikroba di dalamnya berkembang biak, menghasilkan flok.
Flok tersebut menjadi sumber protein yang penting bagi udang karena mengandung senyawa organik terurai, seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O2), nitrogen (N), dan fosfor (P).
Dengan penggunaan bioflok, petani udang vaname dapat mengurangi biaya operasional yang biasanya diperlukan untuk pembelian pakan. Sistem ini mampu mengurangi Feed Conversion Ratio (FCR) serta mengurangi risiko penyakit.
Dari keterangannya, sistem bioflok tak selamanya selalu unggul dari sistem budidaya udang vaname pada umumnya. Terdapat sisi positif dan sisi negatif dalam sistem budidaya ini. Berikut adalah keunggulan teknologi bioflok di antaranya meliputi:
- Biosecurity yang sangat tinggi
- Kapasitas produksi dan daya dukung biasanya 5-10% lebih tinggi
- Udang tumbuh lebih besar dengan FCR lebih rendah
- Biaya operasional 15-20% lebih rendah
Sementara itu, kekurangan sistem bioflok di antaranya:
- Memerlukan suplai energi yang tinggi untuk aerator
- Kegagalan suplai energi lebih dari 1 jam dapat berakibat fatal dan kritis
- Kolam bioflok harus berjajar
- Teknisi harus mendapat pengetahuan dan pelatihan khusus untuk memahami teknologi ini secara keseluruhan.