Film Radio Pak Cik Mahmud yang menjadi salah satu ide cerita terbaik dari sepuluh besar pemenang kompetisi produksi Film tahun 2021, oleh Kementerian pendidikan, kabudayaan, riset dan teknologi Direktorat perfilman musik dan media tersebut yang mengisahkan tentang radio Jadul (jaman dulu), menggelar tayang perdana dan diskusi bersama beberapa tamu undangan di Studio CGV Grand Mall Batam
Berawal dari sebuah ajang yang disiapkan sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan kreatifitas dan semangat berkarya dimasa pandemi COVID-19. Film pendidikan yang berjudul Radio Pak Cik Mahmud ini diproduksi oleh Zetta Mind studio.
Sutradara sekaligus penulis film tersebut Fajri Andika mengatakan, ide cerita tersebut berawal dari cita-cita dirinya yang pernah ingin menjadi penyiar radio. Selain itu dalam film tersebut juga berisi kritik sosial akan keprihatinannya dengan nilai budaya yang mulai luntur diterpa kemajuan teknologi modern yang semakin pesat.
“Jadi ide film ini lahir dari cita-cita saya dahulu itu ingin menjadi penyiar radio tapi tidak kesampaian, selain itu film ini berangkat dari keprihatinan saya dan kita yang miris dengan kondisi nilai-nilai budaya daerah kita yang makin tergerus ditelan teknologi modern yang begitu pesat saat ini,” ujar Fajri Andika yang merupakan Sutradara dari Film tersebut, kepada Antara.
Film yang menceritakan tentang seorang penyiar radio yang diperankan oleh Pak Cik Mahmud dengan tetap bersikukuh mempertahankan konten radionya yang berisi tentang nilai-nilai budaya melayu, yang dikemas khas dengan bahasa melayu yang merupakan budaya dari Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, namun karena minimnya pendengar dengan konsep siaran jaman dahulu itu membuat keluarga dari Pak Cik Mahmud tetap menjadi pendengar setia dan penelpon saat Pak Cik Mahmud siaran dengan nama samaran yang berbeda-beda.
Menurut Pajri Andika ada pesan moral yang terdapat dalam film tersebut, selain menceritakan tentang nilai-nilai budaya namun ada pesan lainnya dalam menjalankan kehidupan berkeluarga ditengah kemajuan zaman saat ini.
“Tentu saya berharap dengan menonton film ini, dapat dijadikan pelajaran dalam berkeluarga dan pentingnya menjaga tatanan budaya asli Indonesia ditengah kemajuan zaman dan masuknya budaya negatif dari luar yang semakin membelenggu generasi muda kita saat ini,” ujarnya.
Selain diputar terbatas dalam bentuk diskusi dan nonton barsama secara perdana, film ini nantinya juga akan diputar di sekolah-sekolah dan kalangan generasi muda saat ini. Tujuannya adalah untuk dapat menjaga nilai-nilai budaya ditengah kemajuan zaman saat ini.
Film ini sebelumnya juga tayang di Joga-NETPAC Asian Film Festival, bersama dengan sepuluh film lainnya yang memenangi lomba film yang digelar oleh Kemendikbud dan Dikti. Rencananya film ini akan kembali ditayangkan secara umum mulai bulan Februari 2022 mendatang.