Asosiasi Pariwisata yang berada di Kota Batam melakukan penelusuran di sejumlah tempat bersejarah di Pulau Buluh, Kecamatan Bulang, Batam, Jumat (4/1).
Kunjungan ini juga didampingi langsung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata, bersama dengan Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Batam (BPPD), Edi Sutrisno.
Pertama, rombongan yang juga diikuti Camat Bulang, Ramadhan Zuhri dan Lurah Pulau Buluh, Borhan ini menyambangi sumur atau perigi tua. Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 7 meter. Ia merupakan salah situs budaya dan sejarah tertua yang masih dapat dilihat di pulau bersejarah ini.
Saat ini, kondisi sumur tampak tak terawat. Sekelilingnya ditumbuhi rumput dan juga lumut hijau.
Baca Juga
Direktur Eksekutif BPPD Batam, Edi Sutrisno, bercerita jika dulunya sumur tua ini merupakan sumber air tawar bagi warga sekitar selama beratus tahun lalu.
Sumur ini terbuat dari bata berlabel Batam yang merupakan hasil produksi Batam Brick Works yang dibangun pada tahun 1896 oleh Raja Ali Kelana.
Dari sana, rombongan kemudian mengunjungi pasar pertama di Batam, lalu bangunan lama Tionghoa, serta bekas bangunan Kantor Camat Pertama di Batam.
Menurut Edi, Pulau Buluh secara historis erat sekali dengan perkembangan Batam hingga saat ini.
โPusat pemerintahan pertama atau kantor kecamatan pertama dulunya adalah Pulau Buluh, kemudian baru berpindah ke Belakang Padang sekitar tahun 1953 dan setelah Batam menjadi kota administratif pada tahun 1983 maka pusat pemerintahan berada di Batam,โ paparnya.
Seperti pasar pertama di Batam yang berada di Pulau Buluh. Bentuk bangunan gedungnya sampai saat ini masih dipertahankan warga Tionghoa yang ada di pulau tersebut.
โInilah ciri-ciri pasar lama, gedung ini dulunya dimiliki oleh toke Tionghoa,โ terangnya.
Perjalanan kemudian diakhiri ke Toa Pekong Puluh Buluh yang kini berganti nama menjadi Vihara Samudra Bhakti.