Berbalas pantun menjadi suatu tradisi yang hingga saat ini terus dijaga oleh para tokoh kebudayaan melayu yang ada di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
Di tengah arus modernisasi, berbagai upaya dilakukan untuk meregenerasi keberlangsungan tradisi yang satu ini. Di Karimun, berbalas pantun biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat dan perkawinan.
Salah satu upaya itu dilakukan dengan menggelar lomba berbalas pantun. Bukan tanpa tujuan, ajang ini sebagai bentuk edukasi kepada para remaja di Karimun untuk bisa melanjutkan tradisi yang telah menahun itu.
“Ini tentu dapat terjaga dengan bimbingan orang-orang tua kita,” ujar Bupati Karimun, Aunur Rafiq, usai menutup lomba berbalas pantun di Halaman Rumah Dinas Bupati, Minggu (6/8).
Dalam konteks kebudayaan, tentu saja tradisi berbalas pantun perlu mendapat perhatian khusus berbagai pihak. Tak terkecuali peran para remaja sebagai objek yang akan meneruskan tradisi sangat penting ini.
“Regenerasi ini yang harus terus kita persiapkan. Soal pantun adat ini tidak semua orang bisa, karena bakat dan talenta. Harus kita galih,” katanya.
Para pelakon pantun, harus memiliki kemampuan berfikir yang konstan, sehingga dapat dengan cepat mengimajinasikan kondisi sosial dalam berpantun.
“Saya sendiri jika diajak pantun, spontanitas tidak akan mampu. Karena memang ini orang tertentu yang bisa,” bebernya.
“Saya kira anak-anak kita saat ini jangan lagi merasa malu untuk berpantun. Karena itu adalah bakat yang menentukan kecerdasan,” tambahnya.
Sehingga, kata dia, melalui ajang lomba, para remaja akan dapat termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan kreatifitas dalam menjaga tradisi berbalas pantun di Karimun.
“Tinggal nanti kita bimbing dan arahkan. Itu salah satu kita mempertahankan adat istiadat kita yang tidak akan lekang oleh panas dan lapuk di hujan,” ungkapnya.