Tidak dipungkiri, di Kepri masih terjadi ketimpangan dalam banyak hal antara satu daerah dengan lainnya. Yang paling mencolok adalah dalam hal pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan kehidupan sosialnya. Sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah, Gubernur Kepulauan Riau selalu mendapatkan keluhan dari masyarakat atas kondisi ini. Seolah hanya Kota Batam yang diperhatikan, sehingga Batam lebih maju dan perkembang dibanding kabupaten dan kota lainnya.
Untuk meminimalisir anggapan diskriminatif perlakuan terhadap ‘anak-anaknya’, berbagai cara dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepri agar pembangunan bisa merata, terintegrasi dan tidak hanya terpusat di satu daerah saja. Pemerataan kesejahteraan adalah kata kunci yang harus diwujudkan Bersama-sama.
Rakyat Kepri kembali diajak bermimpi, dan tercetuslah angan, bagaimana agar pertumbuhan perekonomian tidak hanya berpusat di kota Batam saja, melainkan bisa menjalar ke Kabupaten dan Kota yang lain. Keluarlah gagasan membangun jembatan yang menghubungkan Kota Batam dan Pulau Bintan atau jembatan Batam-Bintan.
Jembatan ini diyakini akan bisa membuka keterisoliran masyarakat, mampu mempercepat mobilisasi barang, orang dan uang, mendongkrak perekonomian Kepri secara cepat dan merata. Dan yang paling penting, jembatan Batam-Bintan ini nantinya akan menjadi solusi tepat dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan dan perekonomian di Provinsi Kepri.
Hal ini juga sejalan dengan rencana undang-undang (RUU) Daerah Kepulauan. Disana ditegaskan bahwa masa depan Indonesia adalah laut, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan luas daratan saja. Kepulauan Riau memiliki pulau-pulau terluar terbanyak di Indonesia yang perlu diperhatikan dan mendapat peran yang sama untuk Indonesia.
Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad mengatakan bahwa untuk mewujudkan jembatan Batam-Bintan yang disebut sebagai cikal-bakal jembatan terpanjang di Indonesia ini, lagi-lagi rakyat Kepri harus Kembali merapatkan barisan guna memperjuangkannya. Dan jelas bahwa mimpi tersebut tidak mudah dan tidak murah, butuh banyak pengorbanan didalamnya.
Bagi Gubernur Ansar, bicara mengenai kemaritiman berarti sedang berbicara soal kewibawaaan bangsa Indonesia. Laut Indonesia terutama yang berada di wilayah Kepri berbatasan langsung dengan negara-negara lain, sudah seharusnya dihiasi dengan infrastruktur-infrastruktur yang ikonik sekaligus bermanfaat bagi masyarakat banyak. Salah satu jawabannya adalah Jembatan Batam-Bintan.
“Mimpi masyarakat Kepri untuk mewujudkan jembatan Batam-Bintan ini sudah lama sekali, namun perjuangan untuk mewujudkannya mengalami pasang surut seiring dengan silih bergantinya kepemimpinan di daerah. Kita selalu menganggap jembatan ini sebuah mimpi yang visioner dan perlu diwujudkan. Ini adalah mimpi besar masyarakat Kepri yang harus sama-sama kita beli. Kita beli dan kita persembahkan untuk Indonesia,” kata Gubernur Kepri Ansar Ahmad.
Menurut mantan Bupati Bintan yang menjabat selama dua periode dan juga mantan anggota komisi V DPR RI ini, memang tidak mudah membangun mimpi se ‘wah’ jembatan Batam-Bintan, namun Ansar sangat yakin, apapun tidak ada yang tidak mungkin jika dilakukan dengan kesungguhan, kebersamaan, kerja keras dan kontinyu.
“Yang terpenting kita berusaha dan berdoa. Masalah hasil pasti tidak pernah menghianati usaha. Jangan perenah menyerah dan kita tetap bekerja keras bersama-sama. Masing-masing masyarakat lakukan sesuai dengan kapasitasnya. Bagi masyarakat yang sudah dengan ikhlas menyerahkan tanahnya untuk diganti rugi, itu juga sudah bagian dari andil dalam mewujudkan jembatan Batam-Bintan ini,” tegas Ansar.