Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional mengumumkan penemuan 7 flora baru dari hutan belantara di Pulau Sumatera dan Sulawesi.
Disebutkan, sebagian dari flora baru tersebut merupakan tanaman hias dan memiliki peluang sebagai komoditas ekspor baru bagi Indonesia.
Adapun jenis-jenis tumbuhan baru yang ditemukan tersebut di antaranya golongan Begonia.
Peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, Wisnu Handoyo Ardi, mengatakan, Begonia merupakan salah satu marga tumbuhan berbunga yang terbesar. Sebanyak 2.052 jenis Begonia tersebar di kawasan pantropis dunia. Indonesia sendiri memiliki koleksi 243 jenis Begonia dan diperkirakan sebagai salah satu pusat kekayaan tumbuhan ini di kawasan Asia Tenggara.
Namun jumlah tersebut akan terus bertambah seiring semakin luasnya jangkauan eksplorasi dan penelitian flora di kawasan hutan seluruh Indonesia.
“Upaya konservasi dan pengungkapan jenis-jenis baru Begonia secara aktif dilakukan oleh BRIN dan saat ini telah berhasil melakukan konservasi terhadap lebih dari 100 jenis Begonia yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia,” ungkapnya.
Begonia robii merupakan tumbuhan endemik dari Pulau Sumatra dengan corak warna daun sangat atraktif dan berpotensi sebagai tanaman hias. Jenis ini memiliki karakter batang menyerupai rimpang. Daunnya sangat asimetris dengan kombinasi antara warna hijau sebagai dasarnya dan merah keunguan pada bagian tengah, tepatnya di antara pertulangan daun sekundernya.
Sedangkan Begonia willemii adalah endemik Pulau Sulawesi, ditemukan pada habitat perbukitan kapur dataran rendah. Flora ini tumbuh merayap pada bongkahan batu kapur atau menempel secara vertikal pada dinding-dinding batu karst (kapur). Tumbuhan ini dikoleksi dari wilayah hutan di Kabupaten Luwuk, Sulawesi Tengah.
Flora lainnya adalah Rigiolepis argentii, sejenis tumbuhan semak berkayu yang termasuk ke dalam anggota suku Ericaceae. Jenis ini ditemukan dan dikoleksi pada saat kegiatan eksplorasi “Begonia Sulawesi” pada 2018-2019 di wilayah Kabupaten Enrekang dan Toraja Utara, tepatnya di perbukitan Eran Batu dan Gunung Sesean. Sebelumnya, di Sulawesi diketahui hanya ada satu jenis saja, yaitu Rigiolepis henrici.
Rigiolepis argentii dinyatakan sebagai jenis baru karena memiliki kombinasi karakter morfologi yang berbeda dibandingkan jenis-jenis Rigiolepis di Indonesia. Ia paling mirip dengan Rigiolepis moultonii. Karakter tersebut adalah adanya rambut-rambut persisten pada permukaan atas daun, daun gantilan bunga terdapat pada bagian bawah tangkai bunganya. Tabung kelopaknya berbentuk cawan, tangkai sari yang lebih panjang dan buah yang berbentuk copular.
Etlingera comosa merupakan endemik Sulawesi hasil eksplorasi di Pegunungan Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Etlibngera comosa dikenali dari ciri-ciri memiliki rambut berumbai pada pelepahnya, ligula daun asimetris, dan bercangap. Kemudian daun pelindung bunga berambut lebat, tangkai sari panjang, dan kotak sari berukuran lebih pendek dibandingkan jenis terdekatnya yaitu Etlibgera sublimata.
Mengutip dari situs indonesia.go.id, menurut pakar biodiversitas dari Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB University, Cecep Kusmana, Indonesia diperkirakan memiliki 25 persen dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia.
Saat ini Indonesia setidaknya memiliki 20.000 jenis atau spesies tumbuhan. Dengan jumlah itu, Indonesia menduduki urutan ke-7 dunia dengan negara yang memiliki spesies tumbuhan terbanyak.
Dari jumlah jenis tumbuhan sebanyak itu, 40 persen di antaranya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Orchidaceae atau keluarga anggrek-anggrekan menjadi tumbuhan dengan jumlah terbanyak, mencapai 4.000 jenis. Kemudian ada keluarga jenis tumbuhan berkayu, Dipterocarpaceae dengan 386 jenis, Myrtaceae atau Eugenia serta Moraceae (Ficus) sebanyak 500 jenis. Ada pula famili Ericaceae (737 jenis), termasuk 287 jenis Rhododendrom dan 239 jenis Naccinium.