Memasuki era transformasi digital yang mana merupakan era perubahan berkaitan dengan penerapan teknologi digital pada seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat menjadi tantangan tersendiri terutama bagi seorang pelajar.
Kemudahan akses teknologi yang didapat tentunya akan menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dalam bidang pendidikan yaitu kemudahan mencari referensi belajar dan mencari sumber ilmu pengetahuan (Akbar & Noviani, 2019).
Sedangkan dampak negatifnya berkaitan dengan pelanggaran asusila oleh pelajar, tentunya berawal dari akses teknologi yang disalahgunakan yaitu pada berbagai sosial media seperti Facebook, Youtube, dan lainnya.
Kemudian menimbulkan pula perilaku menyimpang pada remaja yang selalu bermain Game Online, Facebook, Chatting sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar terbuang sia-sia (Kristiawan, 2015).
Dampak negatif lainnya dari kemudahan akses teknologi bagi remaja yaitu dapat menimbulkan kecanduan, interaksi tatap muka yang menurun, kerentanan hoax, menurunnya etika, bahkan menimbulkan masalah kesehatan, dan cyberbullying (Maharani & Musda, 2022).
Sesuai dengan pendapat Santrock bahwa masa remaja adalah masa-masa penuh dengan konflik dan suasana hati yang selalu berubah-ubah. Ini akan memengaruhi kesehatan mentalnya jika remaja tersebut tidak mampu mengatasi perubahan perilakunya (Yuliasari, 2020).
Hal ini dikarenakan remaja merupakan masa-masa yang masih dalam tahap perkembangan yang menginginkan kebebasan menjadi diri sendiri tanpa didasari oleh self awareness dalam melakukannya.
Adapun pengertian self awareness menurut Listyowati adalah keadaan seseorang yang dapat memahami dirinya sendiri secara tepat yaitu terkait dengan perasaan, pikiran, dan penilaian diri.
Seseorang dengan self awareness yang tinggi maka mempunyai kemampuan untuk mengontrol diri yang mana seseorang tersebut mampu melihat dan membaca situasi lingkungan sosial dalam memahami dan mengerti orang lain, serta harapan orang lain terhadap dirinya (Salam, dkk 2021).
Sedangkan, self awareness yang rendah menyebabkan kesulitan dalam keseharian hidupnya, seperti sulit untuk mengenali dan merefleksikan kekuataannya, kelemahannya, sulit mengenali kognitifnya, perasaannya, perilakunya, sikap, serta motivasinya sehingga dapat menimbulkan kondisi psikologis dan ketidakseimbangan dalam hidupnya (Kalaiyarasan & Solomon, 2016).
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya upaya untuk meningkatkan self awareness (kesadaran diri).
Adanya Bimbingan dan Konseling di sekolah menjadi wadah untuk memberikan pemahaman terkait dengan self awareness. Selain itu, dapat pula membantu untuk mengentaskan permasalahan yang terjadi pada siswa jika permasalahan self awareness membutuhkan penanganan segera.
Mengingat layanan dalam bimbingan dan konseling bersifat preventif dan kuratif. Preventif (pencegahan) seperti pemberian layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok. Sedangkan, yang bersifat kuratif (pengentasan) seperti pemberian layanan konseling kelompok dan konseling individu (Permendikbud No.111, 2014).
Beberapa penelitian seperti penelitian dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok berbasis nilai karakter lokal jawa terbukti efektif untuk meningkatkan self awareness siswa (Dewi, 2016), bimbingan kelompok menggunakan teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif untuk meningkatkan self awareness dalam bersosial media (Sirri, dkk 2021), bimbingan kelompok dengan strategi buzz group efektif untuk meningkatkan self awareness siswa (Putri & Naqiyah), bimbingan kelompok dengan teknik role playing berpengaruh signifikan terhadap self awarnees siswa (Fitriyani, dkk 2019), etc.
Selanjutnya ada pula beberapa penelitian seperti penelitian dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik latihan asertif terbukti berpengaruh untuk meningkatkan self awreness perilaku seks bebas pada siswa (Fitriani & Minarni, 2018), konseling kelompok rational emotif dapat meningkatkan self awareness peserta didik (Nugroho, 2018), penggunaan konseling kelompok dengan pendekatan Gestalt dapat meningkatkan self awareness siswa (Sari, dkk 2019), etc.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, terbukti bahwa layanan dalam bimbingan dan konseling memiliki peranan dan berpengaruh signifikan serta efektif untuk meningkatkan self awareness pada siswa baik melalui layanan bimbingan kelompok maupun layanan konseling kelompok.