Rupiah pekan ini ditutup melemah pada level (bid) Rp14.385 per dolar AS, seperti yang disampaikan oleh Bank Indonesia dalam perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, yaitu indikator nilai tukar dan inflasi.
Sementara Yield Surat Berharga Negara (YBN) pada 10 tahun ini naik ke level 6,53%. Sementara US Dollar Index atau yang disingkat dengan kode USDX menguat ke level 97,79.
Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,841%.
Bank Indonesia juga melaporkan bahwa Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 110,71 bps per 3 Maret 2022 dari 104,31 bps per 25 Februari 2022, sejalan dengan risk off di pasar keuangan global.
Kemudian berdasarkan data transaksi 1-2 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,13 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp8,30 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,17 triliun.
Baca Juga
Dan berdasarkan data setelmen s.d 2 Maret 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp1,60 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp23,20 triliun di pasar saham.
Adapun inflasi berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu 1 Maret 2022, tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,32% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2022 secara tahun kalender sebesar 0,88% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,31% (yoy).
Erwin Haryono Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia menyampaikan adapun penyumbang utama inflasi pada Maret 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,07% (mtm), cabai rawit, tempe, bawang merah, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03% (mtm), daging ayam ras, tahu mentah, telur ayam ras, dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta bahan bakar rumah tangga (BBRT) dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi minyak goreng sebesar -0,04% (mtm).