Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kepri mencatat okupansi atau tingkat hunian hotel di Kepri turun hingga 30 persen sejak pandemi COVID-19 merebak Kepulauan Riau.
Menurut keterangan sekretaris PHRI Kepri, Yeyen Heryawan, tingkat hunian pada Januari-Februari 2022 ini sekitar 25 persen. Artinya turun 5 persen dibanding tahun 2021 lalu di mana okupansi di rentang 30-25 persen.
“Kalau awal 2020, Januari-Februari sejak pandemi muncul okupansinya 55 persen. Namun di tahun 2022 ini pengaruh COVID-19 ini terasa setelah Chinese New Year akhir Januari lalu,” ungkap Yeyen saat dihubungi, Minggu (13/2).
Terkait dibukanya travel bubble bersama Singapura untuk Batam dan Bintan, Yeyen menilai masih kurang menarik warga Singapura. Hal ini dikarenakan pelancong dari Singapura tetap wajib karantina sepulang dari Kepri.
“Seingat saya diterapkan tanggal 24 Januari 2022 sampai awal Februari 2022 aturannya baru ada kejelasan. Tapi kalau mereka kembali di wajibkan karantina, dan hasil nya tidak ada singaporean masuk kepri,” ujarnya.
Pria yang juga merupakan Ketua Indonesian Hotel Manager Association (IHGMA) Kepri ini menjelaskan bahwa sejauh ini hotel-hotel di Kepri harus melakukan efisiensi di semua lini. Mulai menerapkan unpaid leave, saving energy program, meminimalisir pembelanjaan dan sebagainya.
Sedangkan untuk promosi, lanjutnya, masih terus dilakukan baik secara online maupun offline.
“Kami PHRI percaya harus konsentrasi market Wisnus yang sudah support 2 tahun terakhir semasa pandemi. Harapannya mobilisasi harus tetap di berikan kelonggaran dan kebijakan pemerintah untuk tetap dapat menjalani perekonomian masyarakat,” pungkasnya.
Yeyen berharap agar masyarakat tetap menjalankan prokes dan menerapkan QR Code pedulilindungi. Ini berguna menekan penyebaran COVID-19 sehingga gairah pariwisata dapat kembali bangkit
“Dan pemberlakuan VTL Vaccinated Travel Lanes daripada Travel bubble,” tutup Yeyen
Diketahui, sejak pandemi COVID-19 melanda di Kepri dan pemberlakukan pengetatan, sejumlah perusahaan wisata khususnya hotel harus memutar otak mempertahankan usahanya. Namun tak dipungkiri ada sejumlah hotel yang harus gulung tikar dan menutup operasionalnya.
Baru-baru ini, Hotel Harmoni yang berada di Kota Batam harus tutup setelah 30 tahun lamanya beroperasi di Batam.
Pemilik Hotel Harmoni, Antonius kala itu menyebutkan penutupan Hotel Harmoni tidak bisa dielakkan lagi, karena semakin sepinya kunjungan tamu hotel, terutama selama masa pandemi COVID-19.
“Kami punya 3 hotel, yakni hotel Harmoni one, hotel Harmoni Suite dan hotel Harmoni. Karena kondisi yang semakin sulit, kami terpaksa harus mengorbankan salah satu diantaranya. Dan dari berbagai pertimbangan, Hotel Harmoni di sei Jodoh ini lah yang kami putuskan untuk tidak beroperasional lagi,” ungkap Antonius.
Antonius menyebutkan sebanyak 130 karyawan tersebut akan diberikan pesangon selama sembilan bulan. Sebagian akan diusahakan ditampung di dua hotel lainnya, sebagian di rumahkan sembari mencari investor baru.