Wakil Menteri Lingkungan Hidup (WamenLH) Diaz Hendropriyono menghadiri aksi penanaman 120.000 bibit mangrove di Pangkah Wetan, Gresik, Jawa Timur. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) 2025 yang digagas PT SAKA Energi, anak perusahaan PT Pertamina Gas Negara (PGN), untuk merehabilitasi ekosistem pesisir dan mendukung penanganan perubahan iklim.
Dalam agenda ini turut hadir juga Direktur Utama SAKA Energi Intan Fauzi, Anggota Komisi VII DPR RI Arizal Tom Liwafa, Wakil Bupati Gresik dr. H. Asluchul Alif, Deputi Bidang Tata Lingkungan SDAB Kementerian Lingkungan Hidup Sigit Reliantoro, Asisten II Gubernur Jawa Timur Joko Irianto, Direktur Pengendalian Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan Netty Widyawati, Kepala Desa Pangkah Wetan Syaifullah Mahdi.
Dalam sambutannya, WamenLH menyoroti peran strategis mangrove dalam menyerap emisi gas rumah kaca (GHG) dan melindungi wilayah pesisir dari abrasi. “Mangrove tidak hanya efektif menyerap karbon, tetapi juga menjadi pelindung alami bagi masyarakat pesisir. Ini adalah kontribusi nyata Indonesia dalam upaya global menekan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C,” ujarnya.
Selain itu, Diaz juga mengingatkan bahaya sampah plastik bagi kelestarian mangrove.
Baca Juga
“Sampah plastik yang tersangkut di akar mangrove dapat terurai menjadi mikroplastik dan menyumbat pori-pori akar (pneumatophores), yang berakibat fatal bagi pertumbuhan tanaman. Kami mendorong desa-desa pesisir untuk mengelola sampah dengan baik,” tegasnya.
Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk koperasi desa, mahasiswa, dan masyarakat setempat. Beberapa pencapaian penting yakni Rehabilitasi lahan seluas 3.888 hektar menjadi ruang terbuka hijau dan tambak masyarakat, inovasi pembibitan mangrove hasil persilangan untuk ketahanan penyakit, pengembangan produk berbasis mangrove seperti kopi, keripik, dodol, dan rencana budidaya madu kelulut, dukungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk koperasi Desa Merah Putih dan program silvofishery.
Sebagai informasi, Provinsi Jawa Timur telah berhasil memperluas tutupan mangrove dari 27.222 hektare (2021) menjadi 20.839 hektare (2024), menjadikannya provinsi dengan ekosistem mangrove terluas di Pulau Jawa. Capaian ini turut meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Jawa Timur menjadi 71,24 pada 2024.
Meski telah mencapai kemajuan, WamenLH mengingatkan agar tidak berpuas diri mengingat ancaman abrasi dan alih fungsi lahan masih ada. “Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan swasta sangat penting untuk keberlanjutan program ini. Kami mendorong Pangkah Wetan menjadi Desa Proklim agar bisa mengakses pendanaan lebih luas,” pungkasnya.
Aksi penanaman mangrove ini menjadi bukti komitmen Indonesia dalam rehabilitasi lingkungan dan mitigasi perubahan iklim, sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat pesisir melalui pemanfaatan sumber daya berkelanjutan.