Kisah Pilu Bayi di Batam: Dibantu Alat Pernapasan, Terbentur Biaya Berobat

Kondisi Askya Chandra memperhatikan karena terbaring sakit dibantu alat pernapasan (ventilator) di ruang Pediatric Intensive Care Unit (Picu) Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah (RSUD-EF) Batam. 

Bayi perempuan berusia 2 bulan ini asal Kavling Flamboyan Dapur 12, Kelurahan Sei Pelunggut, Sagulung Kota Batam anak dari pasangan suami istri (pasutri) Rio Chandra (38) dan Meriya Oktarina (34). 

ADVERTISEMENT

Orang tuanya, Rio hanya pasrah sejak anak bungsunya ini tiga hari dirawat di ruang Picu. Mereka terkendala biaya untuk menebus segala perobatan.

“Kami tidak ada uang, untuk membeli obat yang dibutuhkan karena tidak menggunakan BPJS kesehatan. Kami punya BPJS, tapi sudah empat tahun tak bayar, dan itu tidak masuk anak bungsu ditanggung,” ujar Rio kepada kepripedia di  RSUD Batam, Sabtu (7/1). 

Apalah daya Rio yang hanya bekerja sebagai Pak Ogah di Top 100 Tembesi, Batam alias di persimpangan jalan. Sementara sang istri menghabiskan banyak waktu di rumah kontrakan untuk mengurus sang anak. 

“Kami tidak punya rumah, tinggal ngontrak di Kavling Flamboyan Dapur 12. Anak 5 tiga orang. Yang membuat beban kami pusing karena beban ekonomi,” ujarnya seraya menahan tangis kesedihan. 

Untuk diketahui, bocah tersebut dilahirkan di rumah tanpa bidan alias hanya dukun beranak dengan kondisi normal. 

Namun, beberapa hari kemudian gadis kecil ini mendadak batuk-batuk hingga kejang-kejang. Ia pun terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit. 

“Kami sempat membawa ke bidan dan tubuh membiru dan kukunya menghitam,” ujarnya. 

ADVERTISEMENT

Di rumah sakit inilah Rio terkendala biaya berobat sehingga dirinya mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) di kelurahan Sei Pelunggut namun terkendala administrasi. 

“Berkas yang saya lampirkan tidak lengkap karena pihak kelurahan meminta sang anak untuk didaftarkan ke NIK atau masuk KK terlebih dahulu,” ujarnya. 

“Alasan dari pihak kelurahan berkas tidak lengkap karena NIK anak tidak tercantum di kartu keluarga (KK) kami. Ini saja kok dipermasalahkan? Kami mau minta tolong sama siapa lagi,” tambah dia. 

ADVERTISEMENT

Namun demikian, Ia mengatakan bahwa selama beberapa hari ini biaya berobat dari uluran tangan berbagai pihak. Termasuk dari komunitas Dapur Duafa. 

Sementara itu, Ketua Dapur Duafa Sagulung Nana Sukriana mengatakan, kedatangannya itu sebagai bentuk perhatian dengan kondisi keterbatasan ekonomi orang tua bayi tersebut. 

Ia bersama rekan berniat untuk membantu meringankan beban yang dialami orang tua bayi tersebut. Namun, apa yang diberikan belum berarti banyak melihat kondisi ekonomi keluarga. 

ADVERTISEMENT

“Informasi awal yang kami dapat berawal Jumat (6/1) setiap hari mengantar konsumsi untuk anak yatim dan rumah sakit.  Kami dapat info ada bayi dirawat intensif di Picu, melihat miris karena orang tua terbatas ekonomi,” ujar Sekretaris Dapur Duafa, Wiwit. 

Ia pun mengharapkan uluran tangan berbagai pihak untuk membantu keluarga tersebut. Sejauh ini untuk biaya belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. 

Di tempat terpisah, Lurah Sei Pelunggut Alvizar, menyebut pihaknya tidak mempersulit pengurusan SKTM. Namun, karena persyaratan kurang lengkap sehingga yang bersangkutan diminta melengkapi. 

“Kita minta yang bersangkutan untuk melengkapi agar anak bisa dimasukkan ke KK orang tua. Ini untuk membantu anak agar biaya berobat ditanggung pemerintah,” ujarnya. 

Ia mengeklaim bahwa alur pelayanan sudah sesuai dengan prosedur. Bahkan dirinya yang menerima  Rio datang ke kelurahan waktu itu. 

“Waktu itu sudah jam istirahat, tetap kita layani. Minta lengkapi persyaratan dan kita bantu,” tuturnya. 


Penulis: | Editor: Redaksi


TAGGED:
Share This Article

TERBARU

What's New

POPULER

What's Hot