Meski memiliki cadangan bahan utama pembuat alumunium yaitu Bauksit, Indonesia sampai saat ini masih mengimpor alumunium, hal tersebut diungkapkan oleh anggota Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga saat menggelar Rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI dengan Dirut Mind ID dan beberapa perusahaan sub holding, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (16/2/2022).
“Ada anomali di sini. Kita ekspor bauksit, diolah di luar, lalu kita impor kembali untuk bahan baku aluminium,” ungkap Lamhot saat RDP.
Pihaknya berharap MIND ID bisa mendorong industri pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) mulai dari bauksit sampai ke alumina. Sehingga PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tidak perlu lagi mengimpor alumina.
Sehingga ketika pemerintah melakukan setop ekspor bauksit di tahun 2023 mendatang, MIND ID telah siap dengan industri pengolahan bauksit menjadi alumina, hingga menjadi aluminium.
Politisi Partai Golkar tersebut juga mengapresiasi kerja sama PT Aneka Tambang (Antam) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang mendirikan perusahaan patungan PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) untuk membangun smelter alumina.
“Kita dorong akselerasi program percepatan untuk membangun ini, sehingga kita bisa segera menghentikan ekspor bauksit,” pungkas Lamhot.
Untuk saat ini Indonesia baru memiliki dua smelter bauksit, yakni milik PT Well Harvest Winning Alumina dan PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat, sehingga asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mengungkapkan Indonesia membutuhkan tambahan lima smelter untuk bisa menyerap produksi bauksi dalam negeri.