Pulau Pekajang, Kecamatan Lingga merupakan perbatasan antara Provinsi Kepulauan Riau, dengan Provinsi Bangka Belitung, di sebuah desa perbatasan ini, memiliki lembaga pendidikan yang lengkap mulai dari SD, SMP hingga SMA, namun mirisnya untuk dapat mengikuti ujian ANBK mereka harus menyebrangi laut selama 8-9 jam dan menginap hampir satu bulan lebih ditempat tujuan.
Anak-anak tersebut terpaksa harus menginap di Pulau Singkep, atau pusat Kota Kabupaten Lingga agar dapat mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di SMA Negeri 1 Singkep yang mereka tumpangi. Hal itu dilakukan karena di tempat mereka mendapatkan pendidikan, tidak memiliki jaringan internet yang memadai serta aliran listrik yang sangat terbatas.
Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Lingga Humaidi mengaku, dirinya merasa prihatin dengan kondisi tersebut, yang sudah bertahun-tahun di alami anak-anak didiknya.
“Tentunya dengan membawa anak-anak keluar dari kampung cukup beresiko, ditambah tol laut yang digunakan, jadwalnya hanya setengah bulan sekali,” ujarnya.
Para pelajar ini juga terpaksa diinapkan selama 12-13 hari di Pulau Singkep, karena sebelum mengikuti ANBK, anak-anak tersebut harus diajari bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan jaringan internet untuk ANBK.
“Sebab anak-anak ini hanya belajar secara manual disana, maka mereka buta dengan perangkat- perangkat komputer ini. Untuk itu, sebelum ujian kita mengajarkan terlebih dahulu penggunaan komputer tersebut,” ujarnya.
Sejak tanggal 30 Agustus 2022 yang lalu, para pelajar ini sudah berada di Dabosingkep, mereka menginap ditempat guru mereka.
“Jadi kita mengajarkan mereka kurang lebih sekitar 12-13 hari, agar mereka dapat memasukkan data pribadi, serta mengisi jawaban-jawaban di dalam komputer tersebut,” jelasnya.
Jarak antara Pekajang dengan Dabosingkep, cukup jauh yaitu sekitar 60 mil jarak laut, atau hampir setengah hari bahkan satu hari untuk sampai ke Dabosingkep, dengan menggunakan Kapal Tol Laut. Belum lagi jadwalnya yang hanya setengah bulan sekali atau dua kali dalam sebulan.
“Itu pun kalau tidak docking, dan saat ini kami harus menunggu hingga bulan depan baru anak-anak tersebut dapat dibawa pulang ke Desa Pekajang,” sebutnya.
Kepala Sekolah yang sudah cukup lama menjadi Kepala Sekolah di pesisir Kepulauan Riau ini, berharap agar mendapat perhatian pemerintah ditengah kemajuan teknologi yang semakin berkembang maka infrastruktur pendukung sangatlah dibutuhkan.
“Harapan kami transportasi laut itu dapat ditingkatkan lagi sehingga akses untuk ke Desa Pekajang, lebih mudah dan juga kami para guru dan siswa tentunya bisa menggunakan transportasi itu dengan lebih baik,” sebutnya.
Selain itu untuk mendukung kualitas SDM anak-anaknya yang berada di pulau terpencil tersebut, dirinya sangat berharap agar pada tahun depan tidak lagi menumpang ujian disekolah lain, atau harus menyebrang berjam-jam melintasi laut menantang ombak di lautan lepas.
“Kami punya fasilitas komputer tapi tidak dapat digunakan, apalagi internet, karena tower yang berada di Desa Pakajang itu tidak dapat berfungsi, belum lagi listrik disana itu tidak 24 jam,” ujarnya.
Adapun pelajar yang mengikuti ujian dari SMP Negeri 4 Lingga tersebut berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari kelas 7 berjumlah 8 siswa, kelas 8 berjumlah 4 siswa, dan kelas 9 berjumlah 10 siswa.