Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan berkelanjutan diharapkan dapat mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Hal inilah yang disadari PT Timah Tbk, sehingga terus berkomitmen berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di wilayah operasional perusahaan.
PT Timah Tbk meyakini keberlangsungan bisnis harus berjalan harmonis dengan pertumbuhan kemandirian masyarakat dan kelestarian lingkungan di manapun Perusahaan beroperasi.
Program Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan melalui CSR atau Tanggungjawab Sosial Lingkungan terus dilakukan PT Timah Tbk, salah satunya di Pulau Setunak.
Pulau Setunak terletak di Desa Tulang, Kecamatan Selat Gelam, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau merupakan Pulau yang dihuni sekitar 54 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 140 lebih jiwa. Pulau ini masih memiliki ketergantungan dengan daerah sekitarnya terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Kawasan Pulau Setunak menjadi salah satu wilayah operasional perusahaan di wilayah Kepulauan Riau, masyarakat dan aktivitas pertambangan hidup berdampingan. Mayoritas masyarakat di Pulau Setunak berprofesi sebagai nelayan.
Emiten Berkode TINS ini melakukan program pemberdayaan melalui beberapa kegiatan di Pulau ini. Sebagai nelayan masyarakat tidak selalu bisa melaut pasalnya juga dipengaruhi faktor cuaca. Untuk itu, PT Timah Tbk memberikan pelatihan budidaya kepiting bagi masyarakat untuk mensiasati sumber mata pencahrian lain saat nelayan tidak pergi melaut.
Tidak hanya pelatihan, PT Timah Tbk juga memfasilitasi masyarakat untuk melakukan budidaya kepiting dengan memberikan bibit kepiting yang bersinergi dengan masyarakat untuk menyediakan lokasi budidaya.
Ketua Nelayan Pulau Stunak Apid menceritakan, sebagai nelayan, penghasilan mereka di laut tergantung rezeki yang didapatkan. Belum lagi, tantangan seperti cuaca yang tak jarang membuat mereka harus pulang dengan tangan kosong.
“Kalau di laut banyak rintangan, belum lagi cuaca yang berubah dengan tiba-tiba ditambah lagi biaya operasional yang besar. Bahkan kadang kalau pulang ke laut bisa jadi tidak ada hasilnya. Makanya kami antusias menyambut program dari PT Timah Tbk ini,” ucapnya.
Apid menyebutkan, Ia bersama sekitar 30 nelayan di Pulau Stunak sangat mendukung program ini. Berkolaborasi dengan PT Timah Tbk mereka mulai diberikan pelatihan tentang budidaya dan pembesaran kepiting, setelah itu mereka juga menyiapkan kolam untuk pembesaran.
Untuk tahap awal, kata dia mereka membuat kolam dengan ukuran 15 X 10 meter yang bisa menampung sekitar 500 ekor bibit kepiting. Karena baru pertama kali pihaknya masih terus berproses untuk belajar terkait kendala sehingga bisa diatasi dengan cepat dan tepat.
“Beberapa waktu lalu saya bersama beberapa rekan-rekan diajak ke Jepara ke salah satu lokasi yang telah mampu mengembangkan budidaya pembesaran kepiting. Setelah melihat serta mempelajari kami yakin mampu mengembangkan usaha pembesaran kepiting. Apalagi lokasi di Pulau Stunak masih sangat alami dan mendukung,” ucapnya.
Melalui Budidaya kepiting ini selaian untuk memenuhi kebutuhan pangan, diharapkan juga menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.
Sebagai daerah kepulauan, Pulau Setunak memiliki kultur tanah yang dinilai tidak cocok untuk pertanian lantaran kondisinya dekat dengan laut serta kontur tanah dengan bukit bebatuan dan didominasi rawa. Sehingga untuk mendapatkan sayuran mereka harus ke daerah terdekat.
Selama ini, untuk mendapatkan sayur-sayuran dan kebutuhan pangan lainnya warga harus pergi membeli ke luar pulau seperti ke Selat Beliah dan Tanjung Balai Karimun.
Melihat persoalan ini, PT Timah Tbk melatih kelompok perempuan di Pulau Setunak untuk melakukan pertanian dengan pola hidroponik. Pola ini bisa diterapkan di Pulau Stunak.
Para wanita di Pulau Setunak tidak hanya diberikan pengenalan tentang hidroponik saja, melainkan juga membuat nutrisi untuk tumbuhan.