Rizha Hafiz mungkin tak pernah membayangkan perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku akan membawanya ke panggung dakwah, sebagai seorang ustaz millenial, hingga akhirnya terjun ke dunia politik sebagai calon Wakil Wali Kota Tanjungpinang.
Dikenal dengan gaya hidup yang unik—menggabungkan peran sebagai ustaz dan kecintaannya pada otomotif—Rizha berhasil menarik perhatian banyak pihak, terutama kaum muda yang sering kali merasa jauh dari agama dan politik. Kisahnya tidak hanya tentang perjalanan spiritual, tetapi juga tentang bagaimana ia mampu menjembatani dunia modern dengan nilai-nilai keagamaan.
Sejak muda, Rizha sudah menunjukkan minat besar terhadap ilmu agama. Ia menempuh pendidikan di pesantren Tahfidz Markaz Al Qur’an Jakarta, kemudian melanjutkan studi Sarjana Pendidikan Agama Islam di Al Aqidah Jakarta, dan Magister Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam DR KHEZ Muttaqin Jakarta.
Kepulangannya ke Tanjungpinang pada tahun 2014 menandai titik balik penting dalam hidupnya, di mana ia aktif sebagai dai, guru Al Quran, dan pengasuh Rumah Tahfidz Quran (RTQ) Tanjungpinang.
Namun, ada satu hal yang membedakan Rizha dari ustaz-ustaz lainnya: kecintaannya pada dunia otomotif.
Tidak seperti gambaran umum tentang seorang ustaz, Rizha Hafiz justru dikenal sebagai seorang biker yang sering mengendarai motor gede (moge). Gaya hidup yang modern ini membuatnya dekat dengan anak-anak muda, memanfaatkan hobi otomotifnya untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Dari Dakwah ke Dunia Politik
Kesuksesan Rizha dalam menarik perhatian publik, khususnya generasi muda, akhirnya dilirik oleh tokoh-tokoh politik.
Melihat potensi besar dalam dirinya untuk membawa perubahan, beberapa tokoh agama dan masyarakat mendorongnya untuk terjun ke dunia politik.
Sebelumnya, ia sempat mencalonkan diri sebagai calon legislatif pada 2019 dan 2024, namun belum berhasil.
Awalnya, Rizha ragu. Dunia politik yang sering dikaitkan dengan intrik dan korupsi tampak bertolak belakang dengan prinsip-prinsip yang ia pegang.
Namun, setelah diskusi mendalam dengan para ulama dan tokoh masyarakat, ia memutuskan untuk melangkah maju sebagai calon Wakil Wali Kota Tanjungpinang. Baginya, politik adalah jalan untuk membawa nilai-nilai agama dan moralitas ke dalam pemerintahan.
Dalam kontestasi Pilkada ini, Rizha membawa visi pemberdayaan anak muda, pembangunan infrastruktur ramah lingkungan, serta komitmen pemberantasan korupsi. Ia juga bertekad menjaga keberagaman dan toleransi antar umat beragama di Kota Tanjungpinang.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Meski mendapat dukungan kuat, jalan menuju kursi Wakil Wali Kota tidak mudah. Beberapa pihak meragukan kemampuannya karena latar belakangnya sebagai ustaz dan biker, bukan politisi berpengalaman. Namun, Rizha tidak gentar. Ia percaya bahwa justru dengan latar belakang tersebut, ia bisa membawa perspektif baru dan segar dalam memimpin Tanjungpinang.
Dukungan dari berbagai elemen masyarakat, terutama anak muda, menjadi modal besar dalam kampanyenya. Dalam setiap kesempatan, Rizha menekankan bahwa generasi muda harus menjadi agen perubahan.
“Kami, sebagai representasi generasi muda, akan memperjuangkan aspirasi anak muda. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa yang muda bisa berbuat dan andal,” tegas Rizha.
Jika terpilih, Rizha berjanji akan membawa perubahan nyata, terutama dalam hal pemberdayaan generasi muda dan transparansi pemerintahan. Melalui kombinasi dakwah, gaya hidup modern, dan visi politik yang jelas, Rizha Hafiz menunjukkan bahwa siapa pun, dengan niat tulus dan komitmen, bisa berperan dalam perubahan, termasuk di dunia politik.
“Semoga ini menjadi langkah awal menuju Generasi Emas Indonesia 2045,” tutup Rizha Hafiz, calon Wakil Wali Kota Tanjungpinang nomor urut 1.