Kelakuan ‘nyeleneh’ bule yang viral di media sosial karena membawa troli keluar bandara demi naik jasa taksi online pada Rabu (4/1) lalu mendapat sorotan banyak pihak.
Pasalnya peristiwa tersebut dinilai memberi dampak tak elok bagi sektor pariwisata di Batam.
Anggota DPRD Batam, Thomas Arihta Sembiring, turut berkomentar soal aksi bule yang viral tersebut. Menurut dia polemik taksi online dan konvensional soal antar jemput di bandara dan pelabuhan sudah seharusnya disikapi oleh pemerintah.
“Saya pikir pemerintah harus tegas. Di beberapa bandara, taksi online dan konvensional sudah bisa berkolaborasi dengan baik. Kenapa tidak diadopsi cara seperti ini, kecuali memang ada tuannya taksi di Batam,” ujar Thomas kepada wartawan baru-baru ini.
Baca Juga
Ia juga sependapat aksi bule yang viral itu berdampak negatif terhadap dunia pariwisata. Pasalnya di sisi lain pemko Batam sendiri sedang menggesa bangkitkan sektor pariwisata pasca COVID-19.
“Kalau bandara di daerah lain bisa, kenapa kita tidak? Bandara dan pelabuhan itu adalah pintu masuk wisatawan. Jangan sampai ke depan, masih ada bule mendorong troli. Ini memberikan citra tidak bagus,” kata dia.
Baca: Taksi Online Dilarang Jemput di Dalam, Bule Ini Nekat Bawa Troli hingga Keluar Bandara
Di lain pihak, Koordinator Kopkar Taksi Bandara, Rusmini Simorangkir, mempertanyakan perizinan trayek taksi online di Batam.
“Pemprov Kepri hanya memberi izin operasi transportasi taksi online,” tegasnya.
Ia juga menanggapi terkait adanya taksi online di beberapa bandara daerah lain seperti Halim Perdana Kusuma dan Soekarno Hatta. Menurutnya itu tidak murni taksi online yang memiliki plat hitam. Melainkan taksi konvensional yang berbasis online dengan stiker khusus.
“Jika online bebas masuk (Hang Nadim) keberadaan mereka tidak bisa diatur termasuk lokasi parkir atau pengendapan. Karena mereka tidak punya izin pangkalan atau trayek dari Dishub Kota Batam,” tandasnya.
