Karena banyaknya calon siswa tingkat SMA dan SMKN di Batam yang tidak tertampung dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2022-2023, membuat sejumlah sekolah harus menambah kuota.
Hal itu dilakukan setelah keluhan dari orang tua atau wali murid yang terus mengalir akibat sistem zonasi yang diberlakukan. Keluhan tersebut kemudian ditampung oleh Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad.
Kepala Kantor Disdik Kepri cabang Batam, Noor Muhammad, menyebutkan sesuai dengan arahan dan kebijakan Gubernur, maka terdapat sejumlah sekolah yang diberi diskresi untuk menambah kuota siswa.
“Iya, benar ada penambahan kuota siswa sesuai dengan daya tampung sekolah,” ujarnya pada awak media beberapa waktu lalu.
Adapun sekolah yang menambah kuota siswa di antaranya SMAN 1, SMKN 5, SMAN 4 dan SMKN 1.
“Jadi ada yang sistem sisip ada yang penambahan lokal baru seperti di SMKN 1,” kata dia.
Terpisah, Kepala SMAN 1 Batam, Bahtiar, menyampaikan tahun ini sekolah yang dipimpinnya membuka 8 rombongan belajar (rombel) dengan jumlah total 288 siswa. Hanya saja menurutnya masih banyak calon siswa yang tidak terakomodir.
“Tapi yang daftar di sini yang diterima dan akan diseleksi ulang seperti seleksi awal. Artinya sistem zonasi dan nilai (prestasi) tetap diseleksi,” ujarnya, Rabu (20/7).
Dijelaskannya, dua rombel lagi untuk mengakomodir para siswa yang tidak tertampung. Namun, nantinya setiap rombel akan menampung siswa maksimal sekitar 50 orang per lokal (kelas).
“Untuk kelas 10 dan 11 nanti belajar shift karena memang lokal kita terbatas. Kelas untuk belajar hanya 27 ruangan. Lima ruangan belum bisa dipakai karena rusak berat. Sementara kita terapkan dulu sistem shift,” bebernya.
Untuk siswa yang juga tidak terakomodir dalam PPDB termin ke dua ini, Bahtiar berharap agar orang tua atau wali tidak lagi memaksakannya, sebab daya tampung maksimal sudah terisi penuh. Jika ditambah lagi maka tak ada lagi tempat belajar untuk siswa nanti.
“Kita kekurangan ruang kelas, kekurangan meja, bangku dan guru pengajar. Saya berharap ketersediaan orang tua yang sudah diterima anaknya di sekolah lain untuk jangan dipaksakan masuk SMA 1,” harapnya.