Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie bersama dengan anggota lainnya, menggelar Rapat untuk memantapkan Partai Golkar memenangkan Pemilihan umum Legislatif, dan Pilkada yang akan digelar pada 14 Februari 2024 dan 27 November 2024, serta memantapkan Partai Golkar untuk mengusung Calon Presiden sendiri, yaitu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
“Dewan Pembina meminta seluruh kader untuk terus meningkatkan soliditas, komunikasi, dan koordinasi di setiap lini baik secara vertikal maupun secara horizontal. Di samping melakukan kerja politik yang massif,” ujarnya melalui siaran Persnya.
Menurut senior Partai Golkar ini, hal itu dilakukan guna mencapai target yang sudah ditetapkan untuk mengusung Capres sendiri yaitu Airlangga Hartarto dan menang di Pilpres, meraih 20 % jumlah kursi atau setara 115 kursi di DPR, dan memenangkan 60 % Pilkada.
Rapat tersebut di gelar di Kantor Golkar, Graha Soedarmono Slipi, selain membincangkan masalah internal, Dewan Pembina Partai Golkar juga membahas berbagai hal, seperti minimnya ruang kaum cendekiawan di berbagai organisasi politik.
“Karenanya kami menyarakan agar Partai Golkar memulai memberikan ruang lebih besar bagi cendikiawan dalam pembahasan berbagai masalah kebangsaan. Sejarah mencatat peranan besar kaum cerdik pandai dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia,” ujarnya.
Dewan Pembina Partai Golkar menurutnya sangat prihatin dengan semakin minimnya penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Padahal Partai Golkar didirikan untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945.
“Kami menilai masih terdapat jurang yang lebar antara idealitas Pancasila dengan realitas kehidupan kebangsaan dan kenegaraan,” jelasnya.
Dewan Pembina Partai Golkar juga menagkap kesan, bahwa saat ini Pancasila seperti tak diperlukan lagi di era reformasi dan di era kemajuan teknologi dan informasi (disrupsi teknologi) yang demikian pesat.
“Padahal Pancasila sangat dibutuhkan. Karena Pancasila adalah dasar negara, pandangan hidup, norma dasar, dan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia yang berbeda-beda tapi satu jua (Bhineka Tunggal Ika),” tutupnya.