Harga pupuk non subsidi di Kota Batam, Kepulauan Riau mengalami kenaikan signifikan.Â
Hal itu dikeluhkan petani sayur di Kelurahan Tembesi, Sagulung, Batam, Selasa (7/6).Â
Tingginya harga pupuk non subsidi membuat petani enggan memanfaatkan lahan untuk bertani akhir-akhir ini.Â
“Ini hampir semua pupuk non subsidi mengalami kenaikan sejak tiga bulan belakangan ini,” kata Ketua Gapoktan Tembesi, Yusuf, Selasa (7/6).Â
Dikatakannya, biasanya pupuk NPK mutiara Rp Rp 575.000 per 50 kilogram. Sekarang harganya sudah sampai Rp 800 ribu.
Sementara petani, biasanya menggunakan tiga jenis Pupuk yakni Pupuk SP-3, Pupuk ZA, Pupuk NPK Mutiara.
“Tambahannya biasanya sebelum lahan ditanami, kita menggunakan kompos,” kata Yusuf.
Saat ini, kata Yusuf, harga tiga jenis pupuk yang biasa digunakan petani di Kelurahan Tembesi, naik hampir 100 persen.
Hal itu membuat para petani tidak sanggup untuk mengolah kembali lahan mereka.
“Lahan ada namun harga pupuk ini yang bikin kami kewalahan,” kata dia.Â
Menurut dia ada tujuh kelompok tani, yang bernaung di bawah Gapoktan yang dipimpinnya.
Sementara satu kelompok tani paling sedikit beranggotakan 20 petani.
“Saya sendiri di kelompok tani yang anggotanya 47 anggota, bahkan ada juga kelompok tani yang beranggotakan sampai 90 orang,” kata Yusuf.
Untuk para petani di Tembesi, diketahui ikut menyumbang kebutuhan beberapa jenis sayuran di Kota Batam, mulai sayur bayam, sayur kangkung, sawi, ubi dan jagung.
Dari tujuh kelompok tani yang ada di kelurahan Tembesi, perharinya bisa menyumbang di bawah 15 ton sayuran per harinya untuk Batam.
Namun satu bulan terakhir karena tingginya harga pupuk, petani di Tembesi, banyak yang tidak sanggup mengolah lahan mereka.
“Bagaimana kita mau olah lahan, soalnya kalau kita paksakan tidak akan balik modal, kita hanya dapat capeknya saja,” kata Yusuf.
Dia berharap pemerintah dapat membantu penderitaan yang dirasakan masyarakat kecil seperti dirinya.Â