HUT ke-77 RI, Ini Pesan Veteran Konfrontasi Dwikora di Karimun

Momen peringatan hari kemerdekaan yang diperingati setiap tahunnya di tanggal 17 Agustus, penuh dengan sejarah yang melekat pada perjuangan bangsa Indonesia.

Hari ini, Rabu (17/8), juga menjadi hari penuh kenangan bagi veteran di Karimun bernama M Panjaitan. Ia pun penuh semangat dalam memperingati hari kemerdekaan ini. Wajar saja, beliau adalah salah satu sosok yang terlibat langsung dalam sejarah Indonesia yaitu konfrontasi Dwikora pada tahun 1964 lalu.

ADVERTISEMENT

Pagi itu matahari belum tepat sesuai dengan rotasi perputarannya. Namun M Panjaitan tengah fokus mempersiapkan diri untuk mengenakan seragam kebesarannya.

“Ketika itu masih zaman Presiden Soekarno,” ujarnya kepada kepripedia.

Dengan seragam militer yang menjadi pakaian kebanggaan itu, M Panjaitan pun banyak berkisah tentang perjuangan dan betapa sakralnya hari kemerdekaan ini karena menjadi buah dari hasil perjuangan meraih kemerdekaan para pejuang terdahulu.

Setelah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, perjuangan bebas dari penjajahan masih belum sepenuhnya usai. Masih ada polemik yang dihadapi pasca kemerdekaan. Seperti operasi dwikora atau yang biasa disebut konfrontasi yakni konflik bersenjata antara Indonesia-Malaysia.

M Panjaitan menjadi saksi hidup dan ikut terlibat dalam konflik itu.

“Kami kenali momentum itu dengan perang dingin. Berlangsung sejak tahun 1963 hingga 1966,” jelasnya.

Setahun masa konfrontasi itu, menjadi pertama kalinya M Panjaitan menginjakkan kaki ke Karimun lalu memilih menetap untuk menghabiskan masa tuanya.

ADVERTISEMENT

Ia pun kini bergabung di dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Cabang Tanjungbalai Karimun.

“Saya memasuki Karimun sejak konfrontasi atau dwikora dan saya masih ingat betul bagaimana masa-masa itu,” terangnya.

Ia melanjutkan, dalam operasi itu ia mengenal istilah Kemenangan Persemakmuran yang lantas menjadi poin hasil operasi Dwikora tersebut. Di mana Indonesia menerima pembentukan Malaysia, lalu presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto menyusul adanya upaya kudeta G30S, hingga pemberontakan di Serawak berlanjut di tahun 1990.

ADVERTISEMENT

“Di masa itulah Presiden Soekarno digulingkan,” sebutnya.

Dari berbagai literatur sejarah, pada masa itu muncul istilah sejarah ‘ganyang Malaysia’.

Pada 16 September 1963, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar.

ADVERTISEMENT

Pemimpin Indonesia lantas melihat hal tersebut sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.

“Maka inti dari semua ini, perjuangan adalah sejarah,” katanya lagi.

Memaknai kemerdekaan Indonesia yang masuk usia ke-77 tahun, M Panjaitan memiliki banyak harapan kepada kawula muda. Karena menurutnya, generasi mudalah yang akan meneruskan perjuangan ke depannya.

“Generasi muda harus punya jiwa ksatria. Yang muda-muda saat ini etikanya sudah jauh. Kita berharap generasi muda ini bisa berubah untuk menjadi lebih baik,” tuturnya.


Penulis: | Editor: Redaksi


Share This Article

TERBARU

What's New

POPULER

What's Hot