Rutan Kelas II B Tanjungbalai Karimun berencana akan mengembangkan objek wisata hutan mangrove yang berada di lahan sarana asimilasi dan edukasi (SAE).
Berdiri di atas lahan seluas 1 hektare dengan panjang jembatan 212 meter, hutan mangrove milik Rutan Karimun itu dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi alam bagi masyarakat Karimun.
Untuk itu, Rutan Karimun fokus untuk melakukan pengembangan agar objek wisata baru tersebut lebih inovatif, termasuk rencana pembangunan area penangkaran kepiting bakau dan ikan bandeng di lokasi hutan mangrove.
“Kami akan inovasi kan untuk area penangkaran kepiting bakau dan ikan bandeng, kemarin dari dinas pariwisata sudah datang melihat. Jadi sedang kita kaji,” ungkap Karutan Karimun, Arjiunna, usai acara Pengenalan Wisata Hutan Mangrove di Lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE), Rabu, 30 Oktober 2024.
Selama ini, lokasi hutan mangrove tersebut juga telah dilengkapi dengan penangkaran berbagai jenis ikan seperti nila, lele dan ikan jenis air tawar lainnya serta ditanami berbagai sayur dan buah – buahan.
“Di sini pengunjung bisa menikmati hamparan mangrove yang asri sekaligus belajar mengenai ekosistem mangrove itu sendiri. Ini yang terus akan kita kembangkan,” kata dia.
Menariknya lagi, SDM yang terlibat dalam pengelolaan wisata hutan mangrove ini juga memberdayakan para warga binaan.
“Kami sudah ada tim pengelola hutan mangrove Kampung Binaan Rutan Karimun, yang tim ini kemudian bekerjasama dengan Pemkab Karimun serta lembaga-lembaga yang bisa memberikan dukungan, dengan melibatkan para warga binaan untuk dilatih,” bebernya.
Ia menjelaskan, pengembangan hutan mangrove ini tidak terlepas dari peran bantuan berbagai pihak baik pemerintah daerah maupun unsur FKP yang ada di Karimun.
“Oleh karena itu, kami pagi hari ini mengundang temen-temen dari Forkopimda untuk mengenalkan wisata mangrove ini,” terangnya.